Rabu, 11 Januari 2012 di 02.32 Diposting oleh arief 0 Comments

Membaca tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhenti untuk menggali ilmu. Walau ajal menjemput, tak kenal kata menyerah untuk belajar. Salah satunya adalah membaca, dengan membaca maka pengetahuan bertambah. Sudah pasti, orang yang rajin membaca adalah orang pintar.
Buku menjadi solusi memecahkan suatu kebodohan dan membaca adalah kuncinya. Jadi tepat bila buku adalah jendela dunia membaca adalah kuncinya. Kata-kata bijak itu sudah turun temurun kita dengar. Memang benar, dengan membaca kita bisa memperoleh pengetahuan dalam bidang apapun.
Buku merupakan informasi segala kebutuhan yang diperlukan, dimulai dari Iptek, seni budaya, ekonomi, politik, sosial dan pertahanan keamanan dan lain-lain. Upaya membaca buku membuka wawasan dunia intelek sehingga dapat mengubah masa depan serta mencerdaskan akal, pikiran dan iman.
Tanpa membaca buku, tanpa ada buku, dunia akan bodoh, dan buta huruf semakin banyak. Buku dapat dibaca bila ada kemauan menjadi pintar, buku yang baik dapat dicetak apabila artikelnya memuat wawasan yang dapat diterima akal sehat pembaca sebagai penerima informasi.
Buku juga merupakan sumber harta yang tak ternilai harganya. Uang bisa habis, harta, kekuasaan bisa lenyap, tapi pengetahuan tidak bisa hilang. Jadi jelas, harga pengetahuan yang bersumber dari buku sangat bernilai tinggi apabila kita manfaatkan dengan serius.
Maka, teruslah menjalin persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan kehadiran buku sebagai jendela untuk kita melihat masa depan di hadapan. Jadikan keberadaan sebagai jembatan untuk kita berusaha menjadi makhluk Tuhan yang mencintai ilmu.
Minat baca
Gemar membaca dan menulis masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota-anggota masyarakat khususnya bagi komunitas pelajar. Kecenderungan mendapatkan informasi yang lebih instan dan juga melalui percakapan tampaknya masih lebih kuat daripada melalui bacaan.
Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan kebiasaan membaca di kalangan siswa dan mahasiswa relatif masih lemah. Anjuran yang sering terdengar dari pemerintah dan berbagai kalangan pemimpin masyarakat untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca hanyalah sebagai wacana dan tidak dilakukan secara efektif.
Akibat perkembangan zaman dalam hal teknologi saat ini berpengaruh juga pada minat membaca generasi muda. Sekarang ini kalangan remaja atau masyarakat lebih tertarik menonton TV, mendengarkan musik, bermain game dan chating di internet daripada membaca buku atau koran.
Ini terbukti dari data Human Development Report 2008/2009 yang dikeluarkan UNDP menyatakan minat membaca Indonesia berada di peringkat 96 dari negara seluruh dunia. Indonesia sejajar dengan Bharain, Malta dan Suriname. Di Asia Tenggara, hanya ada dua negara di bawah Indonesia, yaitu Kamboja dan Laos. (Tribunnews.com, Senin 10-05-10).
Ada beberapa teori yang mempengaruhi minat baca. Pertama, sistim pembelajaran di Indonesia belum membuat para pelajar harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi/pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasi karya-karya ilmiah, filsafat, sastra.
Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa dari buku, surfing di internet walaupun yang terakhir ini masih dapat dimasukkan sebagai sarana membaca. Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, karaoke, mall dan lain-lain.
Keempat, budaya baca memang belum diwariskan nenek moyang kita, kita terbiasa mendengar dongeng , kisah, adat istiadat secara verbal yang dikemukakan orang tua, tokoh masyarakat dan penguasa pada zaman dahulu. Kelima, orang tua disibukan dengan segala aktivitas dalam mencari nafkah untuk keluarga. Keenam, sarana dalam memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan masih langka. (Nyoman : Kata Hati)
Manfaat membaca
Kalau dipikir-pikir sangat luar biasa manfaat membaca dan itu harus ada kemauan kita untuk melakukannya.Seorang yang cerdas mampu membaca buku dengan menghadirkan konteks dan lingkungan yang mengelilinginya. Terhadap sebuah tulisan pembaca perlu hadir, menyerap, menyimpulkan, mengulang, dan juga memperjelas.
Terkadang ada beberapa keinginan seseorang untuk membaca seperti ingin memahami isi buku, tugas di sekolah ataupun di kampus, hiburan, panduan dan sebagainya. Ada yang membaca sambil berimajinasi, mengambil intisari, atau yang menarik saja, dan itu memang sudah karakter seseorang.
Menurut Bobbi DePoter dan Mike Hernacki dalam Quantum Learning membagi empat macam ragam kecepatan membaca, yakni regular, melihat dengan cepat (skimming), melihat sekilas (scanning), dan kecepatan tinggi (warp speed).
Ada beberapa manfaat membaca, pertama, mengusir keraguan, kecemasan, dan kesedihan. Kedua, menebalkan keimanan, karena sesungguhnya bacaan pelajaran yang paling besar, peringatan yang paling agung, pencegahan kemungkaran yang paling efesien, dan perintah yang paling bijak.
Ketiga, melemaskan lidah dan menghiasi diri dengan kefasihan berbicara. Keempat, mengembangkan wawasan berfikir dan memperbaiki persepsi. Kelima, mengambil manfaat dari pengalaman orang lain. Keenam, menelaah berbagai kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran akan perannya dalam kehidupan. Ketujuh, menjaga kalbu dari kekacauan, dan memelihara waktu dari ke sia-siaan. (Eilan Rachman dan Sylvina Savitri).
Dengan membaca buku, selain pengetahuan akan semakin bertambah, pribadi akan semakin kaya, yang kesemuannya jelas akan menurunkan efek negatif anak, yakni kenakalan.Sedangkan anak yang tidak terbina minat bacanya sejak dini akan menghadapi peluang yang semakin kecil untuk mengembangkan pengetahuan setinggi-tingginya.
Jadi jelas, bahwa segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di dunia ini pasti ada manfaatnya bagi umat manusia. Akan tetapi kita kebanyakan tidak tahu mengaplikasikannya ke jalan positif akibat beberapa faktor yang ada, yang pasti ada kemauan maka ada jalan.

0 Responses so far.

Posting Komentar